Part 1
Suara adzan telah berkumandang ke segala penjuru alam
semesta, seraya ingin menyuguhkan sebuah keagungan tuhan yang maha kuasa, suara
takbir membahana bersaut-sautan, indah dan selalu menentram kan hati.
Belum banyak orang yang terjaga dalam hak-hak tidur nya, jika lau pun terjaga mereka
malah banyak yang memilih untuk melanjut
kan tidur nya, bila dibandingkan dengan rukuk dan sujud terhadap tuhan
seru sekalian alam.
Ijen, pemuda kelahiran 08 Januari 1992
ini sekelebat bangkit dari tidur nya lalu bergegas menuju ke surau untuk
melaksanakan kewajiban nya. Ia selalu teringat oleh pesan dari Alm Ayah nya
yakni”le, ojo pisan-pisan nyubo ninggal ne sholat nggeh, sholat kui keutama ane
dalem islam, rukun islam seng ke loro, inget lek rajin sholat karo dungo, yo
insyaalah gusti Allah bakal ngelapangke urusane dewe”.
Ijen lalu bergegas mengambil air wudhu, dan ia pun ikut
ambil shaf sebagai makmum dalam sholat berjamaah yang hikmat dan sunyi.
Bagaimana tidak sunyi, di dalam sebuah surau yang luas nya kira-kira panjang 7
meter dan lebar 6 meter tersebut, hanya ada 3 orang dalam sholat berjamaah
tersebut. Padahal letak surau tersebut bisa di bilang strategis, karena
terletak di tengah-tengah perkampungan yang padat penduduk dan terletak di
seberang jalan kabupaten.
Setelah mengucapkan salam, dangan bercucuran air mata dan
dengan kerendahan jiwa yang sedalam-dalam nya tidak lupa ia berdzikir membaca
tasbih, tahmid dan tahlil serta berdoa untuk Ayah nya agar diberikan tempat
yang paling indah yaitu surga, dimana setiap manusia selalu mengharapkan nya.
Bagi ijen, tidak ada waktu bagi nya untuk bersantai dan
menikmati hidup layak nya pejabat-pejabat pemerintahan yang banyak dinilai
orang, hidup dalam bergelimangan harta, padahal jika dipikir kembali, bukan nya
para penjabat pemerintah itu tugas nya mengabdi dan mengayomi rakyat,dengan tujuan akhir nya memakmurkan dan
mensejahterakan. Namun kembali lagi, itulah dilema yang terjadi di bangsa kita
tercinta ini, bukan rakyat yang dijadikan prioritas pertama bagi para
penjabat-penjabat negara,namun malah kekayaan dan kekuasaan yang diperjuangkan
dan diagung-agungkan.
Mentari pun mulai terbit dengan cahaya hangat yang dengan
mudah nya merobohkan sisa-sisa kedinginan tadi malam, embun-embun pun mulai jatuh
mengering lalu meraba rerumputan hijau yang menghampar luas.
Ijen bergegas mempersiapkan dirinya untuk pergi mengikuti
kuliah pagi yang akan di mulai pada pukul 08.00. Meskipun waktu masih
menunjukkan pukul 07.15, namun ijen memutuskan untuk berangkat menuju kuliah
nya, dalam prinsip hidup nya, ia ingin selalu jadi yang pertama dalam bidang
apapun, terkecuali jika apa yang di lakukan nya itu tidak menyimpang dari
keyakinan yang di anut nya.
Dalam perjalanan menuju kampus, tidak dapat terhitung lagi
berapa banyak tasbih, tahmid, dan tahlil yang Ijen ucap kan dalam hati nya, ia
selalu bertawakal dan meminta agar Allah Swt selalu melindungi nya dari segala
marabahaya dan segala sesuatu yang dapat membuat nya jauh dari jalan yang di
ridhoi nya, dia sadar betul bahwa hidup di abad 21 ini tidak lah mudah untuk
menjaga keimanannya dengan baik,h idup sudah semakin bebas, pergaulan sudah
sangat mengerikan. nilai-nilai dan norma pun seakan-akan sudah mulai memudar
seiring modern nya dunia ini, hubungan sex bebas pun yang dulu di anggap tabuh
dan tidak patut untuk dilakukan kecuali sudah dalam sebuah ikatan, sekarang
malah jadi seperti candu yang makin lama semakin marak terjadi.
Belum banyak orang yang lalu lalang di dalam kampus, hanya
beberapa orang saja yang terlihat dalam pandangan Ijen, ia lalu meraih tas
butut nya dan mengambil beberapa buku bacaan untuk dijadikan nya teman menunggu yang bermanfaat.
Waktu terasa cepat berlalu ketika kita merasakan nya dengan
senang hati, agak nya itu yang dirasakan oleh Ijen ketika ia sedang asik
membaca buku nya. Tidak terasa telah banyak mahasiswa yang telah lalu lalang
disekitar nya, bahkan tidak sedikit pula mahasiswa-mahasiswa itu yang mau
menyapa Ijen. Namun ijen seperti asik dalam dunia membaca sendiri, sebentar ia
mendongakkan kepalanya lalu membalas sapaan dari teman nya dan setelahnya ia
pun melanjutkan membaca buku nya kembali.
Hari ini ada tugas
presentasi mengenai “Tingkat Kesejahteraan di Indonesia”, maka dari itu Ijen
membaca beberapa buku yang berkaitan dengan topik tersebut agar mendapatkan
referensi untuk tugas presentasinya. Ia tidak mau jika hanya asal berkata tanpa adanya bukti yang
kuat, dan untuk mengantisipasi agar dirinya tidak kikuk saat menjawab
pertayaan, jikalau nanti ada teman nya yang membutuhkan penjelasan yag lebih
rinci dari nya.
Dosen telah datang, dan para mahasiswa pun telah memasuki
ruangan. Setelah memberi salam Bapak Dosen pun langsung pada apa yang ingin
disampaikan nya,”Baik, mengenai materi kita mengenai tingkat kesejahteraan di
indonesia, silahkan untuk maju dan mempresentasikan nya”.
Ijen pun maju dengan wajah yang cerah, tampak tidak ada
beban yang dirasakan nya saat itu, berbeda dengan wajah-wajah mahasiswa lain, yang
menunjukan berbagai ekspresi wajah yang beraneka ragam, dari yang pucat, tegang,
salah tingkah, dan masih banyak lagi. Sebenarnya pun ijen juga merasa seperti
itu sebelumnya, namun ia sangat yakin bahwa Allah akan membantu nya,maka ia
ucapkan Bismillah dengan lantang di dalam hati, lalu menghirup nafas
sedalam-dalam nya. Dan ia maju dengan wajah yang santai dan pasti.
Panjang lebar ijen telah menjelaskan secara runtut tantang
materi tersebut, ia pun menjelaskan nya dengan bahasa yang lebih fleksibel, sehingga
mudah untuk di ambil inti dari apa yang di ucap kan nya. Dan saat tiba di sesi
tanya jawab, muncul lah pertanyaan yang kritis dari Lusi,”Baiklah, terima kasih
atas waktu nya. Jadi begini pertanyaan saya. Tahun demi tahun, pemerintaan
telah silih berganti, namun pertanyaan yang patut terlontarkan, sudah
sejahterahkah masyarakat di negeri ini”.
Pertanyaan yang sangat bagus sehingga Ijen pun terdiam
sesaat untuk memikirkan jawaban yang terbaik sehingga akan membuat Lusi paham.
Setelah beberapa saat waktu berlalu, Ijen pun terseyum dan menjawab nya dengan
tenang.”Pertanyaan tersebut patut anda kemukakan, sebab hampir disetiap periode
kepemimpinan kepemerintahan, jargon kesejahteraan selalu melekat dalam setiap
orasi-orasi nya. Bahkan hal tersebut selalu digunakan sebagai doktrin untuk
melanggengkan kemauan pemerintah. Baik,sebenarnya ada tiga indikator yang harus
dibenahi untuk mengukur kesejahteraan masyarakat yaitu pendidikan, kesehatan
dan daya beli masyarakat terhadap suatu produk. Disini lah peran utama dari
distribusi yang artinya ketiga indikator tersebut juga harus diterapkan dengan
prinsip pemerataan”.
Lalu Nirwana pun melanjutkan pertanyaan dari lusi, ia
mengacungkan tengan setinggi-tinggi nya demi untuk mendapatkan perhatian dari Ijen.
“Baik lah Nirwana,silahkan”respon Ijen kepada Nirwana.
“Terima kasih sebelum nya atas waktu yang diberikan kepada saya, jadi begini, saya
hanya ingin diperjelas lagi tentang penjelasan anda mengenai tiga indikator
untuk mengukur kesejahteraan masyarakat seperti yang anda sebutkan tadi”.
Sambil terus memandangi wajah Ijen.
Ijen yang merasa telah paham betul akan pertanyaan yang di ajukan oleh Nirwana,
dengan tersenyum manis kembali menjawab pertanyaan tersebut.
”Baik,pertama dari segi pendidikan, yakni dapat di ukur dari
tingkat buta huruf dan pendidikan terakhir di dalam masyarakat. Dengan kata
lain semakin tinggi tingkat pendidikan didalam masyarakat, maka semakin besar
juga peluang untuk dapat mendongkrak nasib untuk hidup yang lebih baik, karena
juga pendidikan merupakan sarana utama lembaga sosial yang berfungsi untuk mengolah sumber daya alam
yang mampu bersaing di dunia luar.
Kedua yaitu kesehatan, kesehatan merupakan sarana penunjang
yang vital untuk mengukur angka kesejahteraan masyarakat, dimana angka harapan
hidup menjadi suatu pedoman apakah negara itu sudah sejahtera dan memakmurkan
masyarakat nya atau belum”.
Dan selanjutnya adalah daya beli masyarakat terhadap suatu
produk dimana hal ini berkaitan dengan pendapatan per kapita penduduk nya yang
tentu nya menyesuaikan dengan keinginan serta kemampuan masyarakat, jadi dalam
indikator ini dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat kesejahteraan masyarakat
tinggi, maka akan terlihat dengan tinggi nya minat-minat masyarakat terhadap suatu produk maupun jasa”.
Semua nya terhenyak mendengar penjelasan Ijen yang runtut dan
jelas tersebut, dan suara tepuk tangan pun terdengar bergemuruh di dalam
ruangan kelas, bahkan Dosen kelas yang mengajar pun ikut bertepuk tangan atas
penjelasan Ijen tadi.
Kelas pun telah usai, Ijen pun memilih untuk pulang ke kosan
nya, walaupun banyak ajakan dari teman-teman nya untuk jalan dan nongkrong-nongkrong
untuk mencari kesenangan. Namun Ijen menolak nya dengan bahasa yang sederhana
dan halus, sehingga teman-teman nya pun mengerti jika Ijen tidak bisa ikut
dengan nya. Sebenarnya dari hati yang paling dalam, Ijen pun ingin bermain dan
ikut bersenang-senang dengan teman-teman nya tersebut, Namun karena ia takut
akan pergaulan di zaman westernisasi yang menurut nya tak ada faedah nya ini. Maka
ia pun mengurungkan niat nya untuk ikut dan langsung pulang menuju kosan nya.
Siang ini terasa panas sekali, angin rasanya seperti tak mau
bersahabat dengan keadaan, teriknya matahari dengan bulatan utuh yang sudut nya
tepat di atas kepala pun terasa sangat menusuk kulit, belum lagi polusi-polusi
udara yang semakin lama semakin pekat sehingga menimbulkan dampak yang buruk
dari berbagai segi kehidupan.
Dan dengan tergopoh-gopoh, Ijen pun akhirnya sampai di kost
an nya dengan wajah yang nampak kelelahan, ia pun dengan sadar nya langsung
menghempaskan badan nya di atas tempat tidur nya,tak ada perlawanan yang
berarti dari setiap anggota tubuh nya, karena memang tak ada komando untuk nya
bergerak melawan.
Demi menggapai cita-cita nya,Ijen Harus berjuang serta
begelut dalam dunia ilmu yang tiada habis nya dan harus mengenal keras nya
hidup di kota yang tentu nya berbeda 180 derajat dengan yang dikampung. Namun
karena tekad nya yang kuat, ia pun bertekad untuk tetap terus melangkah
kedepan, melanjutkan perjuangan nya dengan penuh usaha dan doa, agar apa yang
selalu dicita-cita kan nya dapat tewujud.
Bersambung...
:)